02.42 -
No comments
Korupsi
Indonesia Corruption Watch (ICW),yang
telah malang melintang membongkar kasus korupsi,bias dijadikan contoh.
“Harusnya lebih banyak ICW baru lahir di daerah,” kata redaktur Eksekutif
Majalah Tempo Arif Zulkifli.
Dengan pertimbangan itu,sejumlah
criteria ketat ditetapkan. Yang bias menjadi nomine adalah lembaga berprestasi
monumental dalam membongkar kasus korupsi,independen,transparan dalam
penggunaan dana,dan berusaha mandiri dalam pembiayaan organisasi. Syarat lain
para pendiri dan pengurusnya tidak terafiliasi dengan partai politik serta
memiliki system kaderisasi.
Dalam mencari kandidat,tiga perwakilan
lembaga yang telah malang melintang
melawan korupsi di undang dalam diskusi dengan tim yang di bentuk redaksi tempo
pada awal November lalu, mereka adalah anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia
Hukum, Mas Achmad Santosa (coordinator Indonesia Corruption Watch), Danang
Widoyoko dan Kepala Departemen Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Mukri
Friatna.
Pilihan mengundang danang sebagai
panelis ditempuh karna semula disepakati ICW akan dikesampingkan sebagai
kandidat. Selain sudah terlalu “sohor”,keberadaannya di ibu kota Negara dinilai
tidak terlalu sulit untuk setiap survive. Namun niat itu urung, selain karena
konsistensinya membongkar kasus korupsi dalam beberapa tahun
terakhir,organisasi ini sangat kreatif menggalang pendanaan public. Inilah
contoh ideal tentang bagaimana seharusnya sebuah lembaga nirlaba bergerak.
MELAWAN KORUPSI BUTUH KECERDASAN
Menjadi tokoh sentral
yang memprakarsai lahirnya Indonesia Corruption Watch. Bermula dari ruangan
sempit di Kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Teten Masduki
membentuk lembaga ini menjadi organisasi antikorupsi yang disegani.
Apa
yang dulu mendorong lahirnya lembaga antikorupsi ini ?
Dulu kami berfikir apakah jika rezim
soeharto tumbang,rezim korupsinya ikut jatuh. Kami simpulkan,butuh gerakan
antikorupsi yang terlembaga untuk memeranginya. Sebulan setelah soeharto
jatuh,ICW lahir.
Seperti
apa gerakan antikorupsi saat itu ?
Asal-asalan .sporadis.ketika ICW
dibentuk,kami juga belum tahu modelnya mau seperti apa. Tapi semangatnya
memutus rantai logistik kroni soeharto. Karena gerakan melawan korupsi butuh
waktu panjang,perlu lembaga yang kuat.
Jadi
apa yang dilakukan ICW pada tahun pertama ?
Kami bengong,lebih banyak membangun
jaringan dan advokasi. Lembaga antikorupsi semacam ini menjadi barang baru di
Indonesia pada saat itu, jadi harus banyak belajar dulu.
Jadi
ketika itu tidak ada aksi sama sekali …?
Lebih ke watch dog, kami berasumsi
masyarakat tahu ada praktek korupsi tapi tidak ada keberanian melapor. Mereka membutuhkan
saluran. Ketika kami buka pengaduan, banyak masyarakat yang lapor.
Apa
yang dilakukan terhadap pengaduan itu..?
Semangat kami pada saat itu adalah
membangun keberanian masyarakat. Setelah itu kami member contoh bahwa
masyarakat bias melawan pemerintah yang korupsi. Contohnya upaya kami
membongkar dugaan korupsi jasa agung,saat itu,Andi Ghalib.
Namun
anda justru ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian.?
Itu sudah saya hitung. Yang penting,idenya
member pelajaran ,kalau orang biasa bias melawan pemerintah yang korupsi. Akhirnya
sekarang masyarakat beranimendelegitimasi pejabat yang terindikasi korupsi.
ICW
sering ditunding mewakili kepentingan asing karena pendanaan programnya dari
luar negeri..?
Ketika laporan Andi ghalib
meledak,banyak konglomerat menawari kami uang. Tapi mereka itu dibesarkan dari system
yang korup. Kami mencari dukungan yang paling aman. Di internasional,gerakan
korupsi juga berkembang, kami memilih donor asing yang tidak ada konflik
kepentingan. Seperti dana World Bank,kami tidak pernah mau karena banyak
program lembaga itu di Indonesia yang kami awasi.
Selalu
ada Stigma kalau lembaga swadaya masyarakat didanai pihak asing..
Itu pola piker kampungan. Kami mendapat
dana dari program yang dirumuskan secara independen. Ini dilakukan dengan
tender terbuka. Di beberapa donor,dananya bahkan berasal dari masyarakat. ICW
baru memanfaatkan dana asing sejak akhir 2000. Sebelumnya,saya dan teman-teman
saweran dulu.
Apa
dulu tidak terpikir meminta dukungan dana masyarakat..?
Menggalang dana publik butuh reputasi. Kami
harus bangun dulu, itu butuh waktu yang panjang. ICW harus membuktikan ke
masyarakat menjadi lembaga yang independen,tidak mudah disuap,apalagi memeras.
Baru
belakangan menggalang dukungan dana public
Legitimasi ICW di masyarakat
baik,tinggal bagaimana menjaring nasabah yang benar-benar bebas dari konflik
kepentingan.
Kenapa
ICW tidak membuka cabang daerah..?
Pengawasannya agak sulit,apalagi ada
divisi investigasi yang rawan dijadikan dagangan untuk memeras. Ke daerah,kami
melakukan penguatan dengan membangun koalisi.
Bagaimana
ICW mengembangkan regenerasi sehingga tidak melahirkan aktivis yang nakal..?
Sumber daya manusia diseleksi dari awal
dengan system uji coba, yang bagus kami rekrut. Melawan korupsi membutuhkan
kecerdasan dan orang –orang pintar. Di sini jangan bicara kesehjateraan tapi
semangat.
Bagaimana
bias menjamin kalau aktivis ICW tidak “main mata”..?
Kami siapkan lembaga ini dengan prudent.
Kami ciptakan system yang cepat mendeteksi jika ada yang nakal. Sanksinya langsung
di berhentikan,pelapor selalu kami libatkan dalam setiap aksi. Kalau kasusnya
tidak berhasil ,mereka tahu kalau ICW tidak main mata.
0 komentar:
Posting Komentar